Minggu, 16 Desember 2012

In Memoriam, Ibu Lina


Pada hari Minggu, tetapi saya lupa tanggalnya, antara tanggal 2 atau 9 Desember 2012, saya mendapat kabar bahwa salah satu anggota lingkungan gereja di dalam satu perumahan, telah meninggal dunia. Namanya Ibu Lina. 

Ibu Lina ini telah meninggal dunia dalam usia yang masih muda, sekitar 40 tahun. Hal itu terlihat dari rambutnya yang berwarna coklat terang (karena dicat) dan tidak muncul umban. Kalaupun muncul, cuma sedikit paling ya.. Hehehe... :)

Kemudian ibu Lina ini memang telah menikah dengan suaminya, tetapi belum dikaruniai seorang buah hati sama sekali. Walaupun demikian, mereka tetap menjalani hidup dengan senyum dan tanpa bersungut-sungut. Mereka memang selalu bersama dan terlihat kompak. Saya salut akan semangat hidup mereka yang begitu luar biasa! Kalau boleh saya katakan, mereka patut mendapat sepuluh jempol! :)

Akan tetapi sayangnya, suaminya telah meninggal lebih dahulu, dan meninggalkannya seorang diri. Suaminya ini telah meninggal sejak beberapa tahun yang lalu, dan saya juga lupa tahun berapa beliau meninggal. Yang pasti, ketika saya sedang masa sekolah. Sepertinya tahun meninggalnya sudah lama sekali ya.. Suaminya ini meninggal karena kanker. Dan saya baru tahu kalau suaminya itu meninggal karena kanker, ketika saya bertanya kepada mama saya, bertepatan dengan hari meninggalnya ibu Lina. Jenis kanker yang lebih spesifiknya, saya sangat tidak mengetahuinya. 

Sedangkan bagi ibu Lina sendiri, meninggal karena kanker rahim. Tentu saja, saya sontak kaget mendengar kabar tersebut. Seolah-olah tak percaya, bahwa ibu Lina menderita penyakit kanker, penyakit yang paling mengancam dan dapat berujung pada kematian secara mendadak. Akan tetapi, mungkin sudah waktu-Nya Tuhan, untuk memanggil ibu Lina agar berpulang ke rumah Bapa di surga. Mungkin inilah waktu Tuhan yang terbaik untuknya. Mengingat Tuhan senantiasa memperhatikan keadaan ibu Lina dari waktu ke waktu dan juga tergerak oleh belas kasihan karena tidak tega melihat ibu Lina hidup dalam kesendirian, penuh stress, tersiksa, mengingat suaminya telah tiada. Ya, ibu Lina sedang kesepian. Jika suami telah tiada, dia merasa kesulitan untuk menyambung hidup. Sampai-sampai dia berusaha untuk membuka warung sendiri yang menjual barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari, seperti telur, minyak goreng, biskuit, snack, kue, dan lain-lain untuk mendapat uang agar dapat bertahan hidup. Kalau tidak ada uang yang masuk, dia pasti akan kesulitan mencari makan, walaupun hanya untuk dia seorang. 

Dan soal penyakit sajapun, beliau tidak pernah bercerita kepada kami. Beliau memedam penyakitnya sendiri, dan berusaha agar tidak ada seorang pun yang tahu. Karena jika ada yang tahu, dia pasti akan merasa sakit, sakit, dan sakit sekali... Dia tak mau merepotkan banyak orang. 

Ketika di dalam lingkungan kami akan mengadakan doa rosario bersama, latihan koor bersama, acara berlibur bersama, dan lain-lain, beliau hanya datang sesekali saja kepada pertemuan lingkungan tersebut. Bahkan jarang sekali saya melihatnya hanya untuk hadir dalam pertemuan tersebut. 

Dan kini, saya dapat mengambil hikmah dari kejadian tersebut. Bahwa memang ada beberapa anggota lingkungan gereja kami yang jarang hadir dalam pertemuan. Dan seringkali kami mengabaikan mereka. Padahal seharusnya, kami senantiasa memperhatikan mereka yang jarang hadir tersebut. Mana tahu, jika mereka memiliki suatu masalah yang belum kami ketahui sama sekali. Dengan demikian, kita telah belajar untuk saling peduli. Belajar untuk selalu memperhatikan sesama layaknya salah satu anggota keluarga kami. Jika ada salah satu anggota keluarga yang hilang, kita patut mencarinya, dan menemukan penyebab terjadinya kehilangan itu. Demikian halnya dengan hal tersebut. Dan jika saya boleh jujur, memang, kami kurang memiliki rasa kepedulian. 

Manusia memang bukanlah makhluk yang sempurna. Pasti memiliki sisi kekurangannya. Oleh karena itulah, kini, kami dapat mengambil pelajaran berharga darinya. Bahwa kita hendaknya menaruh perhatian kepada sesama, sesibuk apapun kita, kita harus memiliki sedikit waktu luang untuk mereka. Aktivitas tersebut tidak menjadikan waktu berlalu dengan sia-sia. Karena kita telah berhasil memanfaatkan waktu dengan baik dan efektif. Sehingga tidak perlu adanya rasa penyesalan diri. 

Semua hal yang kita lakukan, tidak perlu menunggu perintah dari ketua lingkungan. Walaupun kita bukanlah salah seorang pengurus lingkungan, kita juga tetap boleh ambil bagian di dalamnya. Dengan demikian, kita telah menjadi seorang anggota lingkungan yang hebat dan luar biasa, karena telah berhasil memberikan inspirasi dan kontribusi besar bagi lingkungannya sendiri. Walaupun apa yang telah kita lakukan, tidak mendapat imbalan sama sekali. Kita mau melakukannya dengan sepenuh hati, karena kita memiliki rasa kepekaan yang tinggi terhadap sesama. Tentu, merupakan hal yang sangat luar biasa! Dan saya yakin, jarang sekali orang yang mau melakukannya. Mengingat mereka senantiasa memiliki kesibukan masing-masing.

Padahal, jika mereka mau meluangkan sedikit waktu saja untuk memperhatikan sesama, mereka akan menemukan sesuatu yang janggal. Seolah-olah mereka harus segera bangkit untuk berbuat sesuatu kepada sesama. Seperti pada kasus tersebut, jika saja mereka mau bersama-sama berkunjung ke rumahnya, menanyakan kabar dan kemungkinan ada permasalahan tertentu untuk dibahas bersama, maka kehadiran mereka akan menjadi sumber kekuatan dan semangat hidup bagi ibu Lina sendiri. 

Jika seperti ini terjadi, pasti, ibu Lina akan tetap semangat dan mampu bertahan hidup. Dan setelah mengetahui memiliki penyakit kanker rahim, mereka akan bahu-membahu mencari dana untuk membantu penyembuhan penyakitnya hingga sembuh total. Mengingat penyakit kanker memang harus melalui tahap operasi yang membutuhkan biaya yang tidak murah alias sangat mahal sekitar sekian puluhan juta rupiah dalam satu hari dan hanya dalam sekian jamnya. Operasinya tidak berjalan lama, hanya mengeluarkan biaya yang sangat besar. Nah, jika ibu Lina sendiri tidak bercerita, dia pasti akan stress karena tidak sanggup berobat ke dokter dan tidak mampu menjalani operasi mengingat biaya yang tidak murah itu. 

Oleh karena itulah, sangat penting bagi kita untuk selalu memperhatikan sesama yang terlihat kurang aktif. Barangkali mereka memiliki suatu masalah tertentu. Dengan demikian, tindakan kita mendapat tempat di mata mereka.

Juga sangat penting, jika kita memiliki suatu masalah agar segera berbicara kepada orang-orang yang kita kenal dan percayai. Tidak perlu gengsi dan malu untuk mengatakannya. Daripada nantinya hidup tersiksa seorang diri, hingga menderita penyakit kejiwaan yang lebih parah. Dengan demikian, beban kita menjadi berkurang karena ada orang yang lebih mampu dari kita dapat membantu memecahkan masalah kita. Tentu saja, tindakan ini dapat menjadikan kita memiliki kehidupan yang lebih baik. Karena hidup ini layak untuk dinikmati dan tak ternilai harganya, serta tak pantas untuk dibiarkan berlalu begitu saja bagai uap yang sebentar muncul kemudian hilang secara mendadak.

Baiklah ibu Lina, kami tidak bisa menyalahkan ibu... Ibu yang tidak berani bercerita kepada kami mengenai penyakit yang diderita oleh ibu sendiri. Mungkin ibu takut, kami tidak memiliki semangat hidup dan kehilangan waktu berharga bersama orang-orang tersayang kami. Tetapi kami tidak menyesal, melainkan bangga, karena akhirnya ibu Lina bisa beristirahat dengan tenang di surga.

Selamat jalan ibu Lina...
Beristirahatlah dengan tenang di surga.  
Dan doakanlah kami, yang masih mengembara di dunia ini.



** Tulisan ini kupersembahkan kepada almarhum ibu Lina. 
Kami sangat mengasihi ibu.
Terima kasih sudah menjadi teman yang mewarnai hidup kami, terutama melalui hiasan senyum cantik dan canda tawa ibu.
Kenangan kami terhadap ibu, takkan pernah terlupakan. **            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar