Senin, 14 Oktober 2013

Mengasihi Sang Pemberi


Artikel saya dimuat di BERGEMA edisi Oktober 2013



“Hati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan Tuhan, Allahmu.” (Ulangan 8:11a)


Kondisi badan Anda sehat. Anda dapat bergerak lincah ke sana kemari untuk melakukan berbagai aktivitas secara menyenangkan. Seolah tiada hambatan yang dijumpai. Khususnya pada akhirnya Anda dapat bekerja. Ketika sedang bekerja, Anda sempat menemui berbagai kesulitan. Tetapi beberapa menit kemudian, Anda malah mampu mengatasi kesulitan itu sendiri. Anda pun nyaris senang kegirangan dan tanpa basa-basi langsung melanjutkan aktivitas lainnya sembari tersenyum. Tetapi ada satu hal yang Anda lupa : membawa bekal berupa makanan dari rumah untuk dimakan di kantor tempat Anda bekerja pada jam istirahat. Ketika jam istirahat tiba, ada seorang rekan kerja Anda yang memberi Anda makanan berisi nasi putih dan sayur kembang tahu yang telah dikemas dengan kemasan yang baik. Anda berterimakasih kepadanya, dan tanpa basa-basi langsung mengonsumsinya dengan penuh semangat, karena Anda nyaris kelaparan mengingat belum sarapan pada pagi hari sebelum berangkat kerja. Waktu kerja kini telah usai, segera mengendarai mobil, dan tiba di rumah dengan selamat. Bahkan Anda mendapat penghasilan yang cukup besar dari tempat Anda bekerja selama ini, sehingga Anda bisa membeli barang-barang yang sangat Anda perlukan. Dan tidak jarang, Anda bisa membeli barang-barang yang cukup mahal harganya.

Kehidupan Anda nyaris berjalan mulus. Seolah hidup Anda dimudahkan oleh Tuhan. Semua terlihat baik dan sempurna, pikir Anda. Ya, pada akhirnya Anda lebih mencintai pemberian-Nya karena begitu nikmatnya pemeliharaan Allah. Jika Allah memperkenankan Anda menikmati kelimpahan berupa harta kekayaan, sehat jasmani, sehat rohani, dan lain-lain, ingatlah dari mana semuanya itu berasal. Sehingga baiklah bagi kita untuk senantiasa tidak melupakan Tuhan dan memuji Dia atas segala kebaikan-Nya yang tak terhingga, serta menyadari bahwa semuanya bukan karena kekuatan dan kemampuan kita. (Hanna Kristina/St. Theresia; Sumber inspirasi : “Santapan Rohani”, 19 Juli 2013)