Senin, 16 Desember 2013

2 Status Facebook 16 Desember 2013

Pertama :

Saya sangat terhormat diundang menghadiri rapat redaksi dari buletin gereja saya untuk pertama kalinya pada tanggal 18 November 2013. Thanks Wapimred. :)


Kedua :

Saya sedih sekali melihat beberapa spanduk di pinggir jalan berbahasa Indonesia tetapi penulisannya tidak sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Entah katanya menjadi jamak sekali hingga salah penulisan katanya. Apalagi pernah ada yang salah menulis katanya dalam bahasa Inggris, ini lebih lucu lagi..

Hal yang sama ditemukan pula pada beberapa buku berbahasa Indonesia yang telah saya miliki, baik hasil pembelian maupun diberikan gratis, dengan penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Padahal penerbit mayor ini besar. Salah satu contoh, tertulis kata "pemelajaran" di bukunya, yang benar adalah "pembelajaran". Editor bukunya harus banyak belajar lagi! Meski buku yang telah diterbitkan telah ditata sedemikian apik dan rapi, namun janganlah lepas penulisan bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD. Kalau kedua hal ini - penataan buku yang baik dan penulisan bahasa Indonesia sesuai EYD - dijalankan, maka saya akan berani mengatakan bahwa ini adalah buku yang berkualitas baik! Perfect!

Tak hanya terjadi pada penerbit mayor, penerbit self-publishing pun bisa kena. Padahal telah tersedia seorang editor buku. Ini benar-benar aneh dan tidak masuk akal. Meski penulis bertanggung jawab pada semua tulisan dalam sebuah naskah buku, terutama perihal EYD, tetap dong sang editor buku ini memiliki tugas untuk menemukan dan memperbaiki kata-kata berbahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan EYD. Istilahnya, sama-sama bantulah.. Kalau ini terjadi, wah..., bukunya akan terbit dengan hasil yang luar biasa hebat! Apalagi didukung dengan penataan buku yang baik dan tak kalah bagusnya dengan penerbit mayor.

Ya mau bagaimana lagi, memang begitulah kenyataannya. Intinya, saya sangat menyayangkan posisi seorang editor buku. Meski ada sedikit kesalahan penulisan bahasa Indonesianya, tetap harus diperbaiki! Saya ingin agar pembaca yang naik minat untuk menulis buku kelak setelah membaca bukunya, pada akhirnya memiliki panduan penulisan bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD.

Solusi akhirnya, mau tak mau saya harus memiliki penerbit milik saya sendiri. Namun, membutuhkan biaya yang sangat besar. Ya malah ujung-ujungnya uang sebagai kendala utama, hehehe... Di hati terdalam saya sebenarnya berbicara ingin memiliki penerbit milik saya sendiri. Namun, membutuhkan proses yang pasti cukup lama karena membutuhkan ketelitian dan kesabaran tinggi dalam memeriksa semua tulisan dari sebuah naskah buku. Nanti hasilnya adalah sebuah terbitan buku yang LUAR BIASA! Saya akan terharu bukan main dan berhasil memuaskan hati pembaca. Pada intinya, saya ingin semua proses dijalani dengan sepenuh hati, bukan setengah hati. Tindakan inilah yang sedikit dimiliki oleh seorang editor buku. Dia sering cenderung ingin menyelesaikan tugas dalam memeriksa dan memperbaiki kata-kata berbahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan EYD dengan cepat. Antrian naskah dari orang lain biar ditahan dulu. Yang penting, mau melakukan tugasnya dengan sepenuh hati, bukan dengan setengah hati. Dengan melakukan tindakan ini, penulis buku yang kelak bukunya akan diterbitkan akan merasa senang bukan main dan senyumnya akan bertahan lama.

Kalau seseorang bekerja dengan benar, saya akan mempercayakan kepadanya dan malah akan menjadi seorang pelanggan setia. Kalau sebaliknya, jangan harap saya akan mempercayakannya. Satu lagi, kalau seseorang bekerja dengan benar, saya tidak akan semakin dipersulit! Harus sadar sendiri, bahwa hidup zaman sekarang sudah cukup sulit dan sebenarnya orang sedang berjuang merengkuh kehidupan. Hal yang mudah untuk dilakukan sebenarnya, tetapi entahlah mengapa mereka sepertinya sulit untuk melakukan hal tersebut.

Memang begitulah kenyataannya pada zaman sekarang. Orang ingin mendapat uang dengan segera sebagai hasil jasanya, namun bagian tugasnya tidak dapat bekerja dengan sebaik-baiknya. Berhenti mengeluh karena tidak ada yang sempurna. Terlebih lagi, orang tak mau berurusan dengan proses alias mengambil jalan instan.

Semoga menjadi bahan pembelajaran bagi kita bersama, terutama yang berurusan dengan kegiatan menulis. Saya rindu, banyak insan Indonesia yang mampu menulis berbahasa Indonesia sesuai dengan EYD hingga menjadi editor yang baik.

Salam sukses!


2 komentar:

  1. Sekarang memang banyak oknum-oknum yang seperti itu walaupun tidak semua editor seperti itu. Kita harus lebih berhati-hati lagi dalam memilih tempat penerbitan buku.
    Ini juga termasuk pelajaran buat saya.
    Terimakasih atas artikelnya Hanna Kristina, ini sangat bermanfaat bagi saya agar jika nanti saya menertbitkan sebuah buku, saya bisa lebih berhati-hati.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama hobywang. Senang saya telah berbagi. Apabila perlu, bisa dishare kepada lebih banyak orang lagi. :) Oh ya, kalau saya boleh tahu, bagaimana bisa Anda menemukan blog saya di sini? Sebelumnya, terima kasih sudah memberikan komentar pada salah satu artikel saya di sini. Saya merasa terhormat mendapat penghargaan ini. :)

      Hapus