Artikel saya ini dimuat di BERGEMA edisi Desember 2013
Saya yakin, Anda
semua tahu bahwa hendaknya kita dapat bersikap
baik dalam berhubungan dengan sesama. Tidak hanya itu, Anda juga tahu harus
bersikap baik dan bertingkah laku baik
terlebih dahulu, sehingga – diharapkan – akan mendapat
hasil yang baik dari semua perbuatan baik yang telah Anda berikan. Akan tetapi, di balik
semuanya itu, apa yang menjadi motivasi kuat Anda untuk bersikap yang demikian?
Apakah agar dapat menyenangkan hati orang tua Anda? Supaya mendapat pujian dari
orang lain? Supaya orang-orang di sekitar Anda bersikap baik pula kepada diri
Anda? Atau supaya kelakuan Anda mendapat nilai 100 di laporan hasil belajar? Apabila atas pertanyaan-pertanyaan itu, salah
satu jawaban Anda adalah ya, sesungguhnya Anda
bertindak semata-mata untuk mengejar upah. Namun
jika jawaban Anda atas semua pertanyaan di
atas adalah tidak, saya mengucapkan selamat dan teruskanlah bersikap baik.
Jika untuk menyenangkan
hati orang tua Anda, atau agar mendapat
pujian dari orang lain, atau orang-orang
di sekitar bersikap baik pula kepada Anda, dan kelakuan Anda mendapat nilai 100
di laporan hasil belajarlah yang
menjadi motivasi Anda, saya yakin usaha
bersikap baik Anda tidak akan bertahan
lama alias hanya dalam jangka pendek. Ya, suatu hari nanti Anda bisa berbalik
dari bersikap baik itu. Berbeda
halnya apabila usaha bersikap baik Anda didasarkan pada kemauan dan niat hati yang tulus serta dijalankan dengan sepenuh hati. Ini
akan dan pasti mampu bertahan dalam jangka panjang. Karena Anda hanya ingin
bersikap baik, baik, dan baik. Tanpa mengharapkan hadiah ataupun imbalan.
Semoga
Anda semua sungguh-sungguh belajar untuk bersikap baik tanpa
adanya motif hadiah atau upah dan menyadari bahwa sikap baik itu adalah agar
dapat berkenan kepada Allah. (Hanna/St. Theresia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar