Minggu, 14 April 2013

Miliki Mental Seorang Pemenang!






Dua hari yang lalu, tepatnya pada hari Jumat, 12 April 2013, seorang teman saya memberitahu kepada saya adanya kabar buruk tentangnya pada pagi hari. Tetapi sebenarnya kejadiannya terjadi pada satu hari sebelumnya yaitu pada hari Kamis, 11 April 2013 sore. Dia memang sengaja tidak memberitahu kabar buruk pada hari itu juga, dikarenakan dia sedang ingin menenangkan diri mengingat dia sedang mengalami shock berat dan belum siap bercerita kepada saya. Tetapi dia berjanji akan menceritakan apa yang telah terjadi pada dirinya kepada saya pada keesokan harinya, tepatnya pada pagi hari. Dan benar saja, besok paginya dia bercerita kepada saya.

Ternyata kabar buruknya adalah tempat bekerjanya selama ini, yang telah bekerja selama 7 tahun lamanya itu mulai terjadi pengurangan tenaga kerja. Nah, teman saya ini kena... Sementara di tempat bekerjanya itu tidak memberikan alasan yang jelas perihal tersebut. Melihat dan mendengar kejadian tersebut, teman saya ini mulai shock berat.

Saya pun sempat berpikir, kok bisa ya terjadi pengurangan tenaga kerja? Tapi seperti ada pepatah yang mengatakan bahwa tiada sesuatu yang mustahil. Ya, memang tidak ada yang tidak mungkin... Segalanya adalah mungkin dan bisa saja terjadi, walau itu terkesan jarang, langka, aneh, hingga tidak masuk akal.

Hingga saya pun teringat sewaktu saya masih sekolah di SMK Farmasi BPK PENABUR BANDUNG. Tapi saya lupa kapan persisnya. Maksudnya pada tahun berapa dan sejak saya duduk di kelas berapa. Kala itu ada seorang guru saya yang oleh kepala sekolahnya dinyatakan agar tidak mengajar di sekolah yang bersangkutan lagi. Tentu saja, guru ini pasti mengalami shock berat hingga untuk bertemu dengan saya dan murid-murid lainnya pun seolah tak mau banyak bicara.

Tapi untuk kasus tersebut, memang tidak aneh terjadi. Karena pernah terjadi juga sewaktu saya sekolah di SMPK Kalam Kudus Kopo Permai Bandung. Ada beberapa guru yang diminta oleh kepala sekolahnya agar tidak mengajar lagi di tempat tersebut, dikarenakan beberapa alasan tertentu. Bisa menyangkut dengan kinerja mengajarnya selama di kelas, adanya peningkatan hasil ujian murid-murid di kelas, perilakunya selama menjadi guru di sekolah, dan lain-lain. Melalui ini, saya dapat mengambil hikmah bahwa untuk menjadi seorang guru alias pengajar di sekolah tentu bukan sesuatu yang dilakukan secara sembarangan alias main-main. Melainkan harus profesional dalam menjalankan bagian tugasnya. Dengan demikian, sekolah itu akan semakin meningkatkan mutu dan kualitas di mata kalangan masyarakat. Hal ini memang bisa benar adanya... Dan saya bersyukur, guru-guru itu mulai keluar setelah saya selesai menjalani masa pendidikan di SMP.

Mudah-mudahan, tulisan saya ini dapat menjadi sebuah pelajaran berharga bagi Anda, yang berprofesi sebagai seorang guru terutama guru di sekolah formal. Kalau untuk sekolah nonformal, saya jarang melihatnya, tetapi bisa mungkin terjadi. Karena seperti yang telah saya katakan di atas, bahwa tiada sesuatu yang mustahil. Segalanya bisa saja dan mungkin terjadi. Bahwa Anda harus menjalankan bagian tugas Anda secara sungguh-sungguh, profesional, dan sepenuh hati. Kalau sudah seperti ini, saya yakin, Anda akan selamat dari peristiwa pengurangan tenaga kerja. Anda akan beruntung, bahwa profesi Anda menyelamatkan hidup Anda sehingga mampu menafkahi hidup Anda.

Ok, kembali ke semula. Bahwa untuk kasus pengurangan karyawan di suatu tempat perusahaan itu memang mustahil untuk terjadi. Di mana bukan terjadi pemecatan karyawan, melainkan pengurangan karyawan. Dan saya sungguh-sungguh bisa merasakan bagaimana rasanya yang dialami oleh seorang teman saya tersebut. Apalagi mulai kebingungan mencari tempat kerja untuk menafkahi kehidupan kita.

Melihat peristiwa tersebut, saya ingin memberikan pelajaran berharga yang dipersembahkan untuk Anda semua. Bahwa kita memang boleh panik ketika mendapati kejadian yang tidak menyenangkan hati tersebut. Tetapi bersikap paniklah secara sewajarnya. Dan ketahuilah, bahwa Anda sesungguhnya tidak kehilangan segala-galanya.

Mungkin yang pertama kali Anda pikirkan ketika mendapat peristiwa tersebut adalah bagaimana caranya saya bisa dapat uang kalau saya tidak bekerja, sementara saya sangat membutuhkan uang. Ok, itu memang oke. Tetapi perlu Anda ketahui bahwa uang tidak hanya bisa Anda dapatkan dari tempat bekerja Anda, melainkan dari keterampilan yang Anda miliki.

Sebagai contoh, Anda bisa membuat kerajinan tangan dari bahan kain flanel. Di situ Anda membuatkan boneka-boneka mungil yang lucu. Nah, boneka-boneka yang telah jadi tersebut bisa Anda jual. Kalau sudah terjual, Anda mendatangkan uang bukan? :) Nah, ini yang seringkali orang lupa, bahwa uang tidak selamanya didapatkan dari hasil bekerjanya di tempat perusahaan. Kalau Anda telah bekerja selama bertahun-tahun lamanya, Anda pasti memiliki uang tabungan. Dan dari uang tabungan itu, Anda bisa ambil beberapa uangnya untuk membeli bahan-bahan kerajinan tangan. Saya yakin, harganya tidak terlalu mahal kok. :) Dan kalau bisa, usaha Anda ini terus dipertahankan agar Anda meraih omzet yang cukup banyak. Lumayan ‘kan...

Contoh lain, Anda memiliki kemampuan Matematika yang baik. Dari situ Anda bisa menjadi seorang guru privat Matematika yang datang ke rumah murid. Anda bisa meminta bantuan koran yang menyediakan iklan untuk memasang iklan guru privat Matematika di sana. Sekaligus Anda bisa membuatkan brosur penawaran bimbingan belajar Matematika melalui Anda, yang Anda sebarkan ke manapun tempatnya. Atau Anda bisa mendatangi suatu sekolah, kemudian Anda bertanya kepada orang tua yang menunggu murid di sana mengenai kemampuan belajar Matematika di sekolahnya. Barangkali anak dari orang tua ini memiliki kesulitan belajar Matematika, sehingga bisa dibantu oleh Anda. Nah, bisa mendatangkan uang juga bukan? :)

Nah, inilah pemikiran orang yang positif. Dia tidak menyalahi peristiwa yang tidak menyenangkan hati tersebut. Justru dia sangat berterimakasih kepadanya, dan memotivasinya untuk membuktikan diri bahwa dia bisa dan mampu menghasilkan uang sendiri, sesuai dengan modal dan kemampuan yang dia miliki, walaupun dalam kondisi yang serba terbatas. Dia akan tetap terus berusaha keras dan berjuang, serta diiringi doa. Inilah mental seorang pemenang dan juara.

Berbeda halnya dengan mental seorang pengecut. Dia akan menyalahi peristiwa yang tidak menyenangkan hati itu, sibuk mencari-cari alasan, sehingga bagaimana pun usahanya tidak akan membuahkan hasil yang baik.

Semoga Anda semua tidak bermental seorang pengecut ya. Melainkan memiliki mental seorang pemenang. Dia sibuk mencari kesempatan di tengah kesulitan daripada sibuk mencari-cari alasan. Dan saya yakin, orang yang demikian pasti akan membuahkan kesuksesan yang luar biasa dalam hidupnya.

Mari belajar untuk senantiasa berpikir positif, dewasa, dan bersikap bijaksana. Hanya orang yang sedemikianlah, hidup akan dipenuhi dengan berkat baik dan kesuksesan.

Salam pencerahan! Salam sukses luar biasa! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar